Menunggu Nasib Koalisi Pemerintahan

Menunggu Nasib Koalisi Pemerintahan

Oleh: Yusrizal

Menarik mendengar pernyataan Bambang Soesatyo, anggota tim Pansus Century dari Golkar. “Siapkan telur busuk dan sambit para politisi atau partai politik yang balik kanan atau yang tidak konsisten soal Century”, demikian tegasnya dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadina beberapa waktu yang lalu. (Okezone.com)

Pernyataan ini dikeluarkan oleh Bambang, mengingat pada Rabu, 17 Februari mendatang sejumlah fraksi di DPR akan menyatakan sikap soal kasus bailout Bank Century sebesar 6,7 triliun.

Apakah ini merupakan sinyalemen bahwa koalisi besar pendukung pemerintahan SBY-Budiono bagaikan telur diujung tanduk? Mengingat Golkar merupakan salah satu partai besar pendukung pemerintahan dengan menempatkan tiga orang menterinya dalam kabinet.

Baca selebihnya »

Menanti Kejujuran Pelaksanaan Ujian Nasional

Menanti Kejujuran Pelaksanaan Ujian Nasional

Alkisah, di Tiongkok kuno ada sebuah kerajaan yang besar dan makmur. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana. Seluruh rakyatnya sangat mencintainya. Namun sayangnya, Raja ini tidak dikaruniai seorang putera mahkota.

Setelah dibicarakan dengan perdana menterinya, maka Raja bermaksud untuk mengadakan sayembara untuk mencari penerus tahtanya. Segera semua rakyatnya dikumpulkan di istana untuk memberitahukan perihal sayembara tersebut.

“Besok pukul 10 pagi saya akan memberikan kepada setiap anak di seluruh negeri satu biji bunga. Barang siapa yang bisa menghasilkan bunga paling indah, maka saya akan mendidiknya untuk menjadi putera mahkota kerajaan ini. Kelak dialah yang akan menggantikanku,” demikian titah sang Raja. Rakyatpun kembali ke rumahnya masing masing dan tidak sabar menunggu datangnya hari esok.

Baca selebihnya »

Etika Pansus Century dan Persepsi Masyarakat

Etika Pansus Century dan Persepsi Masyarakat

Etika Pansus Bank Century dipertanyakan, kenapa demikian? Setidaknya hal ini bisa kita lihat dari  tanggapan berbagai kalangan. Mantan Ketua Pimpinan Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Maarif berpendapat bahwa cara Pansus Century dalam memeriksa saksi-saksi tidaklah beretika. “Mereka kan saksi, bukan pesakitan. Harusnya sebagai saksi (Pansus) menggali sebanyak-banyaknya, bukan semacam diinterogasi seperti itu,” demikian katanya. Dia juga menyayangkan cara anggota Pansus memberikan pertanyaan kepada saksi yang terkesan mendebat saksi. Bahkan di antara anggota Pansus juga terjadi perdebatan satu sama lain dalam pemeriksaan itu. (kompas.com)

Baca selebihnya »

Dikotomi Keberadaan “Si Buah Hati”

Dikotomi Keberadaan “Si Buah Hati”


Baru-baru ini kita mendengar kasus penculikan bayi di Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Adalah Suryani Indah Sari (34 th) yang menjadi tersangka dalam kasus ini. Suryani yang merupakan bidan kontrak yang baru bekerja 1,5 tahun di Puskesmas Kembangan tersebut melakukan penculikan terhadap bayi milik keluarga Murtanti. Hal ini dilakukannya pada saat ia tengah cuti dari pekerjaannya.

Suryani yang pernah hamil dan mengalami keguguran diduga melakukan penculikan dengan motif ingin memiliki anak. “Saya menculik sama sekali tidak ada niat untuk menjualnya. Tapi saya sungguh-sungguh ingin merawatnya, menjaganya, dan menyayanginya. Karena saya tidak memiliki anak”, demikian keterangannya saat ditanya oleh pihak yang berwajib. Suryani mengatakan sudah tiga tahun menikah dan belum juga dikaruniai anak. Suryani juga mengaku bahwa suami dan keluarganya tidak tahu menahu tentang kasus tersebut. (Detik.com)

Baca selebihnya »

Ruhut Sitompul dan Irreversible-nya Komunikasi

Ruhut Sitompul dan Irreversible-nya Komunikasi

Oleh: Yusrizal

Dahulu, Ketika Anda ditanya dimana Anda sering mendengar dan melihat orang bicara kasar dan kotor? Barangkali kita akan menjawab di pasar. Namun jika pertanyaan ditanyakan sekarang, barangkali jawaban kita tidak hanya pasar, tetapi juga di ruang sidang Dewan yang terhormat.

Jika Anda diberi pertanyaan lagi, siapa yang biasa mengucapkan kata-kata kasar dan kotor? Sudah pasti jawabannya adalah preman-preman di pasar. Namun jika pertanyaan itu ditanyakan beberapa hari belakangan ini, kita akan mendapat tambahan jawaban. Tidak hanya preman pasar yang biasa mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Anggota Dewan yang terhormatpun mulai terbiasa mengucapkannya.

Baca selebihnya »

Pikiran sebagai Sumber Kebahagiaan Hakiki

Tulisan ini merupakan tulisan akhir tahun penulis…

semoga tahun depan, penulis bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi…

Pikiran sebagai Sumber Kebahagiaan Hakiki

“ Anda bahagia jika dalam pandangan Anda tidak ada bedanya hidup dan mati, penjara atau istana, miskin dan kaya, racun dan madu”

(Anonym)

Sebuah survey yang menarik pernah dilakukan oleh Yayasan Indonesia Bahagia (YIB). Survey ini dilakukan untuk melihat tingkat kebahagiaan warga Jakarta. Hasilnya, rasa bahagia warga Jakarta dianggap masih dibawah rata-rata. (vivanews.com)

Dari hasil survey tersebut didapatkan bahwa indeks kebahagiaan masyarakat Jakarta hanya 3,16 persen. Nilai ini dikategorikan rendah sebab masih berada dibawah rata-rata nilai 4 yang diartikan bahagia, serta 5 yang diartikan sangat bahagia.

Baca selebihnya »

Antara Prita, Luna dan Kebebasan Berpendapat

Antara Prita, Luna dan Kebebasan Berpendapat

Oleh: Yusrizal

“Mulutmu adalah harimaumu, yang akan menerkam dirimu sendiri”. Barangkali pepatah itu, cocok di alamatkan ke artis cantik Luna Maya. Kenapa tidak, Luna dilaporkan oleh pihak wartawan infotainment ke pihak kepolisian. Luna dilaporkan telah mencemarkan nama baik, memfitnah, menghina dan atau perbuatan tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, Lina diancam dengan hukuman maksimal 6 tahun penjara dan atau denda maksimal 1 miliar, sesuai dengan pasal 27 ayat 3 Undang-undang ITE.

Dalam akun pribadinya, di situs jejaring sosial twitter Luna menulis; “Jadi bingung kenapa manusia sekarang lebih kaya setan dibandingkan dengan setannya sendiri… apa yang disebut manusia udah jadi setan semua??” Luna juga menulis: “Infotement derejatnya lebih HINA daripada PELACUR, PEMBUNUH !!!! May your soul burn in hell!!” (viva news.com)

Baca selebihnya »